BPBD Surakarta Gelar Sosialisasi Kebencanaan Bagi Disabilitas
SOLO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta
menyelenggarakan kegiatan sosialisasi kebencanaan bagi penyandang disabilitas.
Kegiatan berlangsung di Taman Balekambang pada Selasa (30/5) pukul 08.00-11.00
WIB.
Kegiatan tersebut diikuti puluhan penyandang disabilitas dari
berbagai kategori, antara lain, disabilitas daksa, disabilitas rungu,
disabilitas netra, dan lainnya. Kegiatan sosialisasi menghadirkan narasumber
dari PMI Kota Surakarta.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Surakarta, Bpk Nico Agus Putranto SH
MM, mengatakan, dalam penanggulangan bencana, BPBD Surakarta ingin melibatkan
seluruh elemen masyarakat, termasuk para penyandang disabilitas.
“BPBD ingin menempatkan bapak/ibu perlakuannya akan kita
samakan. Biarpun pelaksanaan pertolongannya berbeda. Tapi kami ingin melibatkan
kaum disabilitas, mulai dari perencanaan, penanganan darurat, serta rehabilitasi
dan rekonstruks. Akan kami ajak selalu bapak/ibu di dalam metode-metode untuk
manajemen kebencanaan,” terang Bpk Nico dalam sambutannya di acara tersebut.
Kalak BPBD menilai, dalam manajemen kebencanaan perlu adanya
masukan dari para penyandang disabilitas. Terutama bagaimana cara penanganan atau
memberikan pertolongan kepada kaum disabilitas bagi orang awam. Berdasarkan
pengalaman ketika terjadi bencana, para penyandang disabilitas kesulitan
melakukan penyelamatan diri, melainkan perlu pertolongan dari orang terdekat.
Sehingga, masyarakat perlu mengetahui teknik evakuasi bagi penyandang
disabilitas.
“Karena itu, kita diskusi harus seperti apa penanganannya, karena akan selalu beda-beda antara satu dengan yang lain, sesuai kategori disabilitas,” imbuh Bpk Nico.
Menurut beliau, pelatihan tersebut nantinya akan dimasukkan dalam
regulasi dokumen penanggulangan bencana. Sehingga bisa dipublikasikan kepada
masyarakat. “Masyarakat biar tahu bagaimana menolong kaum disabilitas, ini
perlu kita sosialisasikan dan lebih gencar lagi,” pungkas Bpk Nico.
Sementara itu, narasumber dari PMI Kota Surakarta, Bpk Jumadi,
menjelaskan, ada tiga fase bencana yang perlu melibatkan para penyandang
disabilitas, yakni prabencana, saat bencana dan pascabencana.
Pada fase prabecana, upaya difokuskan pada mitigasi dan
kesiapsiagaan. Kaitannya dengan disabilitas, maka yang perlu dilakukan di
wilayah masing-masing yakni, pendataan. Apalagi di wilayah rawan bencana perlu
pendataan disabilitas di wilayah tersebut, misalnya jumlah disabilitas, dimana
rumahnya, jenis disabilitias, dan sebagainya,
“Yang juga perlu diperhatikan, jalur evakuasi khusus disabilitas
apakah sudah ada, kalau belum perlu didorong untuk disediakan. Kemudian,
menyediakan tempat untuk fasilitas-fasilitas semisal di titik kumpul,” kata Bpk
Jumadi.
Kemudian, lanjutnya, ketika fase kesiapsiagaan sudah ada tanda-tanda
akan terjadi bencana , yang perlu disiapkan langkah-langkah evakuasi awal untuk
disabilitas. “Termasuk sistem peringatan dini, kalau bentuk sirine ya
disabilitas rungu tidak bisa mengakses. Maka bisa disediakan papan tulisan atau
bahasa isyarat, sehingga teman-teman yang punya memiliki gangguan pendengaran bisa
membaca. Tapi kalau jaraknya jauh, bisa menggunakan cahaya yang berkedip-kedip,”
papar Bpk Jumadi.
Selanjutnya, pada saat bencana perlu diperhatikan teknik-teknik
evakuasi bagi disabilitas. Bpk Jumadi menerangkan, cara memindahkan disabilitas
yang memakai kursi roda dengan memegang punggung, bukan tangan. Sebab, tangan
menjadi kekuatan pengganti kaki bagi disabilitas tersebut. Selain itu, ketika
mengangkat kursi roda, yang diangkat adalah body kursi, bukan rodanya.
Kemudian, untuk evakuasi disabilitas netra tidak boleh langsung menarik tangan,
melainkan digandeng kemudian dibimbing.
“Langkah pertama harus tahu teknik evakuasi sesuai dengan jenis
disabilitas. Kedua, komunikasi dengan orang yang akan dievakuasi, instruksinya
jelas, kemudian baru evakuasi. Jangan lupa menanyakan obat-obat yang perlu
dibawa,” ungkap Bpk Jumadi.
Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan simulasi evakuasi bagi
disabilitas, antara lain disabilitas netra dan disabilitas daksa. Para
penyandang disabilitas juga terlibat dalam proses simulasi.